Ma`asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah
Dalam suasana pagi hari yang khidmat berselimut rahmat dan kebahagiaan ini, marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadhirat Allah swt, atas segala curahan niKmat-Nya kepada kita dalam setiap saat, tidak ada satu detikpun hidup yang kita jalani kecuali pada saat itu ada nikmat Allah yang menyertai kita, udara yang sedang kita hirup, darah yang masih mengalir di tubuh kita, denyut jantung yang tak pernah berhenti dalam kehidupan kita, serta nikmat-nikmat yang lainnya yang takkan pernah bisa kita hitung jumlahnya. Itu artinya bahwa Allah SWT tidak pernah melupakan hamba-Nya meskipun sesaat, akan tetapi hamba-Nya lah yang selalu melupakan Allah swt, bahkan ada dari hamba-Nya itu justru menggunakan nikmat yang diberikan untuk berbuat maksiat, semoga kita termasuk kedalam golongan orang orang yang pandai bersyukur atas nikmat nikmat Allah swt. Amin.
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
Artinya : dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(Q.S. Ibrahim: 7 )
Shalawat dan salam tidak lupa kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalah, dan pesan perdamaian sebagai rahmat bagi semesta alam..
الله اَكْبَر اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلهِ الحَمْدُ
Hadirin Jama’ah Shalat ‘Ied yang dirahmati oleh Allah swt,
Hari ini 1 Syawwal 1434 H, lebih dari satu setengah milyar umat Islam di muka bumi ini, mengagungkan asma Allah swt. Lantunan takbir, tahmid dan tahlil menggema di setiap sudut kehidupan alam raya ini, di bumi tempat kita bersujud dan bersimpuh kepada-Nya. sebagai wujud rasa Syukur kepada Allah swt dalam menyambut kemenangan atas keberhasilan meraih fitrah (kesucian diri) dalam melawan hawa nafsu serta dapat mengisi detik-detik Ramadhan dengan berbagai macam bentuk ibadah yang akan mendekatkan diri mereka kepada Allah SWT untuk meraih derajat mukmin Yang bertaqwa melalui mujahadah (perjuangan lahir dan bathin), dzikrullah, mahabbah, ridha dan penuh harapan akan hari perjumpaan dengan Sang Khaliq yang terangkum dalam ibadah selama bulan suci Ramadhan yang baru berlalu.
Dalam suasana bahagia atas kemenangan ini, marilah kita menghayati kembali makna kefitrahan kita, sebagai khalifatullah fi al-ardhi. Idul fitri yang dimaknai kembali kepada kesucian ruhani, sesungguhnya mengisyaratkan bahwa setiap orang yang merayakan Idul Fitri berarti dia sedang merayakan kesucian ruhaninya, dengan sikap beragama yang benar, dan yang diridhai oleh Allah swt.
Oleh karena itu Ibadah Ramadhan yang baru saja kita lewati pada hakikatnya adalah tarbiyah untuk imaniyah (pembinaan iman) agar keimanan itu menjelma menjadi ketaqwaan kepada Allah Swt.
Di sinilah sesungguhnya letak keagungan hari raya Idul Fitri, hari di mana para hamba Allah SWT merayakan keberhasilannya karena telah memanfaatkan detik-detik Ramadhan secara maksimal dalam berbagai bentuk kebaikan yang dilaksanakan atas dasar iman dan Mengharap Ridha Allah swt untuk mengembalikan kesucian diri dari segala dosa dan khilaf melalui pelaksanaan ibadah puasa dan amal shaleh di bulan Ramadhan, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
{رواه مسلم}
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap perhitungan (pahala), maka diampuni dosanya yang telah lalu" [HR. Muslim]
الله ُاَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Hadirin Jama’ah Shalat ‘Ied yang dirahmati oleh Allah swt,
Perbuatan baik yang sudah menjadi kebiasaan dilakukan selama Ramadhan diharapkan mampu membentuk karakter dan tabi`at kita untuk berbuat hal yang sama setelah Ramadhan berlalu, janganlah pernah menjadikan Ramadhan sebagai topeng dalam kehidupan kita, tapi jadikanlah sebagai wajah asli kita dalam menjalani sebelas bulan kehidupan berikutnya. Apabila selama Ramadhan kita selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Quran, shalat berjama`ah, bangun di sepertiga malam untuk sahur dan tahajjud, berempati terhadap fakir miskin, meneteskan air mata saat bermunajat dan bersimpuh di hadapan Allah SWT, mengeluarkan zakat, infaq dan sedeqah, serta berbagai kebaikan lainnya, maka janganlah sampai kebaikan-kebaikan tersebut menjadi wajah indah kita yang bersifat sesaat, akan tetapi jadikanlah ia sebagai perhiasan jiwa yang tetap bertahan dan terlaksana setelah Ramadhan meninggalkan kita. Ketahuilah bahwa Tuhannya Ramadhan adalah juga Tuhan sebelas bulan berikutnya. Oleh karena itu hari raya idul fitri yang dijadikan sebagai agenda terakhir dari seluruh rangkaian ibadah Ramadhan pada hakikatnya bukanlah saat-saat berakhirnya peluang untuk mendulang kebaikan, tapi justru sebaliknya bahwa idul fitri adalah saat awal memulai kehidupan baru dengan hati yang baru dan semangat yang baru pula.
الله ُاَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma`asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,
Hari ini kita merayakan hari kemenangan itu, rahim Ramadhan telah melahirkan sosok-sosok dan pribadi muslim yang menang dan sukses, namun kemenangan seperti apakah yang akan diraih oleh umat Islam melalui ibadah Ramadhan?.
Minimal Ada tiga bentuk kemenangan bagi umat Islam:
Pertama, Kemenangan Spritual.
Kemenangan spiritual adalah kemenangan jiwa, jiwa yang menang adalah jiwa yang selalu bersih dan suci dari berbagai noda dan penyakit hati seperti syirik, sombong, hasad, dengki,riya’ dan berbagai penyakit hati lainnya yang diharapkan melalui ibadah Ramadhan dapat terkikis habis. Allah SWT berfirman:
Artinya : Sungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sungguh merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S. Asy-Syams: 9-10)
Orang-orang yang jiwanya menang selalu berupaya untuk menjalankan perintah Allah SWT dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, serta berupaya membentengi diri dari berbagai bentuk penyimpangan dan penodaan terhadap aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, dan itu adalah hakikat taqwa sesungguhnya yang ingin dicapai melalui ibadah puasa, lnsan yang bertaqwa terpancar dalam sikap hidup seorang muslim yang teguh dalam berkeyakinan kepada Allah SWT, semakin bertambah ilmunya ia semakin tawadhu’, semakin berkuasa ia semakin adil dan bijaksana, bersabar dalam kemiskinan, senantiasa sederhana dan tidak sombong walau memiliki kekayaan yang berlimpah, bersikap murah hati dan pemaaf, tidak menghina dan mengejek, tidak menghabiskan waktu untuk ghibah apalagi menebar fitnah.
Betapa indahnya kriteria orang bertaqwa, ia merupakan pakaian dan hiasan yang amat indah, pakaian dan hiasan seperti itulah hendaknya yang kita kenakan pada hari ini dan bulan-bulan berikutnya Yaitu pakaian Taqwa.
Taqwa adalah suatu kondisi iman dan semangat spiritual yang harus selalu terpatri dalam jiwa seseorang, agar secara berkesinambungan ia selalu merasakan kehadiran dan pengawasan Allah dalam setiap gerak langkah aktifitas yang dilakukannya, sehingga dengannya ia termotivasi untuk tetap taat dan memperbanyak ibadah kepada Allah SWT. Betapa indahnya perumpamaan yang diberikan oleh Ubay bin ka’ab ketika beliau ditanya oleh Umar bin Khattab tentang hakekat taqwa. Ketika itu Ubay balik bertanya: “wahai Amirul mukminin, apa yang anda lakukan di saat anda melewati jalanan yang penuh duri? Umar manjawab: saya akan meneguhkan pandangan agar langkah kakiku tidak menginjak duri, lalu Ubay berkata: wahai amirulmukminin itulah taqwa.”
Apabila sifat taqwa itu sudah tumbuh subur dalam jiwa seseorang maka ia akan selalu rela dan senang hati untuk menerima dan melaksanakan aturan Allah, apapun konsekwensi yang akan dihadapinya, meskipun akan mengorbankan sesuatu yang paling dia cintai, atas nama cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Semangat ketaqwaan seperti itulah yang diciptakan oleh ibadah puasa, karena dengan berpuasa seseorang dituntun untuk menghargai waktu agar bisa meraih sekecil apapun peluang ibadah, serta menghindari sekecil apapun peluang dosa yang akan bisa mengurangi atau merusak nilai-nilai puasa. Bahkan dari yang mubah sekalipun jika tidak mendatangkan manfaat apa apa. Oleh Karena itulah Rasulullah membahasakan bahwa “puasa adalah sebagai perisai.”
الله ُاَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah SWT.
Ada satu karakter jiwa yang ingin dibina dalam kemenangan Spritual ini yaitu sifat jujur. Ibadah puasa adalah ujian bagi kejujuran kita, Kejujuran merupakan salah satu kekuatan yang terdapat dalam jiwa yang membuat pemiliknya mampu menjalankan Amanah dengan benar, dengan kejujuran berbagai persoalan dalam hidup dapat diselesaikan dengan baik , sebaliknya tanpa kejujuran berbagai problematika kehidupan akan selalu bermunculan.
Ketika dihadapkan pilihan antara jujur atau prestasi, secara pragmatis pilihannya adalah prestasi. Mengapa ? karena dengan prestasi seseorang punya “status sosial”, pujian sebagai siswa terbaik walau harus nyontek, punya harta banyak walau dari hasil menipu, Ingin dianggap baik oleh orang lain walau Mendhalimi dan mencaci saudaranya sendiri. Semua itu seakan prestasi yang diperoleh dengan cara mengabaikan kejujuran.
Pudarnya pesona kejujuran demi prestasi berbalut dusta, tentu menjadi aib bagi kita seorang mukmin, Rasulullah SAW bersabda :
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلىَ البِرِّ وَإِنَّ البرَّ يَهْدِيْ إِلىَ الجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتىَّ يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِيْقاً وَإِيَّاكُمْ وَالكَذِبَ فَإِنَّ الكَذِبَ يَهِدِى إِلىَ الفُجُوْرِ وَإِنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِي إِلىَ النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيتَحَرَّى الكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كذاباً رواه مسلم .
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Bersabda Rasulullah : Kalian harus jujur karena sesungguhnya jujur itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada Sorga. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan dan keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk berdusta sehingga ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta” (HR. Muslim).
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, krisis kejujuran dapat melahirkan kehancuran demi kehancuran. Itulah fakta dan kenyataan; korupsi susah diatasi, keserakahan menjadi kebiasaan, halal-haram hantam yang penting keinginan tercapai, Kedzaliman sudah menjadi teman, banyak kemunafikan berkedok kebaikan, ketidakharmonisan antar sesama tidak dianggap dosa dan lain sebagainya tindakan kejahatan, itu semua berawal dari ketidakjujuran, baik terhadap diri sendiri maupun kepada Allah SWT, akan tetapi jika dan kejujuran sudah menjadi pola hidup manusia maka yakinlah kedamaian hidup pasti akan dirasakan, persoalan demi persoalan akan dapat diatasi, dengan demikian kita dapat menghiasi dinding-dinding harapan dengan penuh optimis dalam menatap masa depan diri dan bangsa lebih baik.
الله ُاَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Kedua: Kemenangan Emosional
Ibadah Ramadhan akan membimbing umat Islam menuju kemenangan emosional. Emosi adalah sifat perilaku dan kondisi perasaan yang terdapat dalam diri seseorang. Emosi yang menang adalah apabila ia terkendali, yang dalam istilah agama disebut dengan sabar. Jika kita perhatikan teori tentang kecerdasan emosi yang dijelaskan oleh para ahli fsikologi, ternyata konsep kecerdasan emosi ini berbanding sama dengan konsep kesabaran dalam Islam. Sabar dalam Islam bukanlah satu kehinaan dan kekalahan, tetapi sabar justru merupakan satu kekuatan. Di dalam Al-Quran Surah Al-Anfaal ayat 65-66 intinya Allah Menjelaskan bahwa satu orang yang sabar mampu mengalahkan sepuluh lawan dalam pertempuran, atau setidaknya mereka mampu menghadapi lawan sebanyak dua kali jumlah mereka
Ketika seorang bersabar dan dapat menahan amarahnya dalam menghadapi satu perkara yang ia hadapi maka dia bukanlah orang yang lemah, akan tetapi justru dia adalah orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Dalam sebuah ungkapannya Rasulullah SAW bersabda: “ orang yang kuat bukanlah orang yang selalu menang dalam berkelahi, akan tetapi orang kuat adalah orang yang dapat menahan diri saat dia marah” (H.R Imam Al-Bukhari).
Keterkaitan antara puasa dengan membangun kecerdasan emosional begitu terlihat dalam penjelasan Rasulullah SAW yang mengatakan: “apabila seseorang sedang berpuasa lalu ada yang menghina dia atau mengajaknya untuk berkelahi maka hendaklah ia mengatakan: saya sedang berpuasa, saya sedang berpuasa” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim). Dengan arti kata, kondisi seseorang yang sedang berpuasa akan dapat menahan emosinya agar tidak membalas cacian dan dendam dengan perbuatan yang sama.
الله ُاَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah SWT
Ketiga: Kemenangan Intelektual
Ibadah Ramadhan juga akan melahirkan sosok-sosok pribadi muslim yang menang secara intelektual. Kemenangan intelektual ditandai dengan kecerdasannya dalam memahami realita yang selalu dapat memberikan keseimbangan pada diri dan pemikiran.
Namun ada satu hal yang harus kita pahami bahwa terminologi kecerdasan intelektual dalam Islam tidak berbanding sama dengan teori kecerdasan yang dipahami oleh banyak orang. Selama ini banyak orang yang mengukur kecerdasan lewat pencapaian- pencapaian angka dalam batas tertentu. Sementara di dalam Islam kesuksesan dan kecerdasan diukur secara proporsional antara kwalitas dan kwantitas. Kecerdasan ada pada mereka yang menempatkan ilmu di hati bukan sekedar di otak Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ
وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ (رواه الترمذي)
“Dari Syaddad Ibn Aus, Rasulullah saw. Bersabda : orang yang cerdas adalah orang yang merendahkan dirinya dan beramal untuk persiapan sesudah mati (H.R. At-Tirmidzi)”.
Dengan demikian seoarang anak dianggap cerdas bukan semata-mata karena ia telah meraih angka 9 atau 10, akan tetapi diukur sejauhmana pelajaran–pelajaran itu berpengaruh positif dalam kehidupannya. Sistem pendidikan seperti inilah yang diterapkan oleh Rasulullah SAW dalam mendidik para sahabat Beliau, sehingga beliau memutuskan untuk mengirim Mush’ab bin ‘Umair menjadi duta dakwah ke Madinah, padahal Mush’ab ketika itu bukanlah orang yang paling banyak hapalan Al-qur’annya.
Kecerdasan intelektual dalam perspektif (pandangan) Islam ditandai dengan apabila :
Ø Selalu bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram.
Ø Selalu mempertimbangkan antara manfaat dan mudharat
Ø Selalu mengerti akan hak dan kewajiban.
Kecerdasan seperti inilah yang selalu ingin dibina oleh ibadah puasa pada setiap peribadi muslim. Karenanya puasa selalu menuntut kita untuk selalu hati-hati dalam bertindak, bersikap dan berucap, agar tidak menodai nilai-nilai puasa yang sudah dikerjakan.
Jama’ah Shalat Ied Rahimakumullah
Itulah tiga kemenangan besar yang diharapkan dapat diraih secara nyata dalam setiap pribadi muslim melalui pelaksanaan ibadah puasa.
Mari kita bersama sama mempertahankan kemenangan yang sudah dicapai selama Ramadhan, ibarat sebuah bangunan ia bagaikan sebuah istana megah yang mengagumkan maka janganlah diruntuhkan kembali, ibarat sebuah tenunan ia sudah menjadi pakaian yang sangat indah dipandang mata maka janganlah diurai kembali benang yang sudah ditenun itu ketika Ramadhan. Inilah makna dari ayat yang terdapat dalam surat An-Nahl ayat 92:
Artinya : Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, ......
الله ُاَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah SWT,
Akhirnya marilah kita sambut kemenangan ini sebagai sandaran untuk memulai kehidupan baru dengan hati dan semangat yang baru, kita jadikan momentum Idul Fitri yang suci ini untuk saling meminta dan memberi maaf atas segala kesalahan antar sesama, kita buang perasaan dendam, kita sirnakan keangkuhan dan kita ganti dengan pintu maaf dan senyum sapa yang tulus penuh dengan persaudaraan dan kehangatan silaturrahim antar sesama, agar kita semua mendapatkan ridha dan maghfirah dari Allah SWT, Amin ya rabbal `alamin.
File selengkapnya (versi Pdf) bisa di Download disini
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
BalasHapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.